Secara umum, budidaya menggunakan sistem hidroponik merupakan cara menanam tanpa menggunakan tanah. Sistem hidroponik pada dasarnya menggunakan air sebagai sarana memberikan nutrisi dan menggunakan media tanam sebagai tempat tanaman tumbuh dan menopang tanaman. Media tanam yang biasanya digunakan pada sistem hidroponik di antaranya rockwool, cocopeat, sekam bakar, dan hidroton.
Di Indonesia, tren hidroponik dipercaya diperkenalkan oleh Bob Sadino pada tahun 1982 yang membudidayakan tomat, terung, dan selada dengan hidroponik substrat menggunakan pasir pantai dan sungai. Seiring berkembangnya tren hidroponik di Indonesia, sudah banyak model dan jenis sistem hidroponik yang digunakan. Saat ini setidaknya ada 5 sistem hidroponik yang banyak digunakan, baik skala rumahan maupun skala bisnis. Berikut ini lima sistem yang dimaksud.
1. Sistem Sumbu (Wick System)
Sistem sumbu merupakan salah satu sistem paling sederhana dalam hidroponik. Selain praktis, sistem ini dikenal murah dan tidak memerlukan banyak biaya. Sistem ini menggunakan prinsip kapilaritas air untuk menyalurkan nutrisi ke media tanam. Pada wick system, larutan nutrisi hanya diam di dalam wadah dan tidak mengalir.
Karena sistemnya yang sederhana, banyak jenis wadah yang bisa digunakan sesuai prinsip wick system. Dari botol bekas air mineral, ember bekas, hingga baskom. Sementara itu, bahan yang digunakan sebagai sumbu umumnya menggunakan kain flanel.
2. Sistem Rakit Apung
Sama halnya dengan sistem sumbu, sistem rakit apung termasuk sistem yang paling dasar dan sederhana. Karena itu, sistem ini ideal dipraktikkan oleh para hobiis pemula, sama seperti wick system. Prinsip dasar sistem ini adalah dengan menempatkan wadah yang berisi tanaman tepat di atas larutan nutrisi. Larutan nutrisi pada sistem ini juga statis atau tidak mengalir. Berbeda dengan wick system yang menggunakan sumbu untuk mengantarkan nutrisi ke tanaman, pada sistem rakit apung, akar tanaman bersentuhan langsung dengan larutan nutrisi.
Wadah yang dibutuhkan untuk membuat sistem rakit apung di antaranya kontainer untuk menampung nutrisi, keranjang saringan plastik untuk meletakkan media tanam, netpot sebagai wadah media tanam, dan rockwool sebagai media tanam.
========
Aerator
Karena larutan nutrisi pada wick sytem dan rakit apung tidak mengalir atau statis, kadar oksigen dalam larutan relatif rendah. Akibatnya, tanaman bisa tumbuh kurang optimal. Untuk mengatasinya, bisa menggunakan aerator yang biasa digunakan di akuarium.
========
3. Nutrient Film Technique (NFT)
Sistem ini banyak diaplikasikan pada budidaya tanaman hidroponik skala bisnis. Prinsip pemberian nutrisi pada sistem ini adalah dengan mengalirkan lapisan nutrisi setipis rol film. Pada sistem ini, larutan nutrisi tersirkulasi, sehingga membentuk oksigen yang dibutuhkan oleh tanaman di dalam larutan.
Untuk mengalirkan nutrisi, sistem ini biasanya menggunakan mesin pompa air selama 24 jam. Jika listrik terputus, larutan nutrisi tidak akan mengalir, sehingga tanaman berpotensi mengalami kematian. Karena itu, sistem ini hanya cocok untuk di daerah yang jarang mengalami mati listrik atau memang sudah memiliki generator atau sumber listrik cadangan.
4. Deep Flow Technique (DFT)
Sama seperti NFT, sistem ini juga banyak dilakukan dalam skala bisnis. Sistem DFT bisa dibilang hasil pengembangan atau penyempurnaan dari sistem NFT untuk mengatasi kelemahan sistem tersebut. Pasalnya, dengan menggunakan sistem DFT ini, tanaman tetap dapat hidup walaupun listrik mati. Hal ini bisa terjadi karena ujung sambungan wadah nutrisi biasanya berukuran lebih kecil daripada wadah nutrisi, sehingga larutan nutrisi akan tertahan saat tidak mengalir. Dengan begitu, tanaman tetap memperoleh asupan nutrisi, walaupun pompa air mati listrik selama 6-7 jam.
5. Dutch Bucket
Sistem ini digunakan untuk budidaya tanaman yang memiliki bentuk, ukuran, dan perakaran besar. Karena itu, sistem ini banyak digunakan untuk menanam tanaman buah atau sayuran buah, seperti tomat, cabai, terong, melon, timun suri, dan paprika.
Dutch bucket bisa dibuat secara satuan atau beberapa wadah yang saling terhubung. Pada beberapa wadah yang terhubung, mekanisme dutch bucket bisa dibilang perpaduan dari wick system dan NFT atau DFT. Sementara itu, pada wadah satuan, dutch bucket umumnya hanya menjalani satu mekanisme, yakni wick system.
Wadah yang digunakan sebagai penampung nutrisi pada sistem ini umumnya wadah bekas es krim, kotak
sampah ukuran kecil, wadah bekas cat, atau ember plastik. Wadah tanaman yang digunakan biasanya berupa netpot. Sementara itu, media tanam yang banyak digunakan berupa kombinasi hidroton dan rockwool.
Comments