Istilah ini mungkin belum banyak diketahui. Istilah ini pun baru saya ketahui setelah saya sedang menelusuri seputar self improvement dan self development. Sebagai informasi, dopamine merupakan salah satu hormon atau senyawa kimiawi di otak yang berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh. Jika dilepas dalam jumlah yang tepat, mampu meningkatkan suasana hati, sehingga orang akan merasa bahagia atau senang. Karena itu, hormon dopamin juga sering disebut hormon bahagia.
Sebaliknya, kekurangan hormon ini justru bisa menyebabkan suasana hati menjadi buruk, bahkan bisa timbul depresi. Namun, kalau bisa menimbulkan kebahagiaan, harus dilakukan detoksifikasi?
Benar bahwa kebahagiaan atau kesenangan merupakan suatu hal yang positif, tetapi adakalanya justru bisa menjadi sesuatu yang kontraproduktif. Misalnya saja, kita tentu merasa happy-happy saja saat hari-harinya diisi dengan bersantai dengan membuka smartphone, berselancar di media sosial. Contoh lainnya, kita bermain game atau nonton Netflix seharian. Sebagai self reward mungkin dirasa boleh saja. Tapi lagi-lagi, tentu diperlukan kesadaran penuh untuk mampu membatasi apa yang kita sebut sebagai “self reward” tersebut. Jika tidak, “self reward” tersebut bisa menjadi kontraproduktif.
Karena itu, dengan adanya dopamin detoks, yakni tidak melakukan kesenangan yang bersifat kontraproduktif, harapannya bisa timbul kreativitas dari dalam diri dengan mencari dan melakukan kegiatan positif dan produktif. Hal ini perlu dilakukan secara berulang agar bisa berdampak dan timbul sebagai sebuah kebiasaan.
Menurut saya sendiri, dopamin detoks ini mirip dengan cara saya memperlakukan anak. Saat harus menerapkan larangan menggunakan smartphone atau menonton televisi kepada anak-anak saya. Kedua benda tersebut hanya bisa diakses saat weekend. Dengan perjuangan dan disiplin, terbukti anak-anak menjadi lebih kreatif, seperti membaca buku, bermain dengan mainan, atau beraktivitas bersama temannya. Anak-anak tampak lebih ceria dibandingkan dengan saat mereka sibuk dengan smartphonenya. Anak-anak akan uring-uringan dan tidak mau diganggu karena terlalu fokus dengan smartphone atau televisi.
Comments